Hellaww Fellas!!
Yuhuuuuuww,, gimana nih kabarnya? Memasuki 1/3 akhir tahun biasanya sudah mulai sering hujan yah? Tapi itu ga menyurutkan semangat kalian donk ah untuk bisa terus beraktifitas... Terutama dalam hal ngeblog, kalau saya. Hihihi.
Oia, pada Jumat 16 September 2016 lalu, Fia berkesempatan untuk menghadiri workshop yang diadakan oleh Indonesian Female Bloggers (IFB) dan Covermark bekerja sama dengan Pak Denny Herliyanso selaku pemateri. Seneng banget bisa ikutan workshop ini karena selain workshopnya diadakan secara cuma-cuma, ternyata IFB menggandeng Covermark dalam acara ini. Sudah tahu donk kan kalau Covermark itu adalah si ahlinya foundation??
OK, kembali ke laptop!
Acara ini diselenggarakan di Jakarta Design Centre dari pukul 17:00 hingga pukul 21:00 dan bertemakan "Beauty and Photography". Oleh karena target peserta adalah para bloggers (yang mana juga adalah para members di IFB, termasuk eike donks ah!), maka fokus acaranya adalah bagaimana menciptakan foto yang Instagram-able banget dengan menggunakan kamera apapun.
Sebagai pembuka, Ibu Krisna dan rekan-rekan dari Covermark memberikan sedikit product knowledge tentang apa itu Covermark serta keunggulannya. Fia sendiri sudah selalu ngiler sama produknya Covermark karena sering baca-baca ulasan teman-teman sesama beauty bloggers, namun belum sempat duitnya buat nyoba. Hahahaha.
Dijelaskan bahwa Covermark merupakan brand kecantikan dari Jepang yang pada awalnya diciptakan karena Lydia O'Leary merasa bahwa beliau perlu menutupi kekurangan wajahnya yang berupa tanda lahir. Seiring waktu, maka terciptalah produk Covermark pada tahun 1928. Wuih cukup lama juga ya? Dari jaman Indonesia masih heboh dengan Sumpah Pemuda, di Jepang sudah sibuk mikirin: gimana caranya gue bisa nutupin tanda lahir ini dengan kosmetik! Luar biasa!
Covermark meng-klaim dirinya sebagai "The Foundation Expert" ternyata bukan tanpa sebab. Keunggulan yang bisa didapatkan ketika menggunakan produknya Covermark adalah dengan teknologi terbarunya, Covermark memanfaatkan sebum wajah untuk dijadikan sebagai pelembab alami bagi kulit. Sehingga terciptalah riasan wajah yang sempurna, tanpa cela, dan tahan air. Hal ini yang belum dimiliki oleh produk lain sejenis. Ditambah dengan jam terbangnya yang sudah cukup lama, membuat Covermark menjadi brand kecantikan di bidang dasar make up yang terpercaya.
THE WORKSHOP
Pemateri workshop ini adalah Pak Denny Herliyanso selaku Senior Photographer di Femina Group. Keseluruhan fotografi dari 13 majalah di bawah Femina Group harus melalu supervisi beliau sebelum bisa di publish ke majalah. Keren ya? Udah pasti kece lah bapak yang satu ini.
Pertama-tama beliau menjelaskan dari awal banget tentang bagian-bagian kamera, yaitu berupa tubuh kamera itu sendiri, lalu ada lensa, blitz, kemudian tripod. Di samping itu terdapat pula penunjang seperti lampu payung atau soft box dan juga reflektor yang gunanya untuk memantulkan cahaya agar meminimalisir bayangan, tak lupa juga background agar foto bisa semakin eye-catchy.
[caption id="" align="aligncenter" width="1094"] Bapak Denny Herliyanso[/caption]
Beliau mengatakan bahwa penggunaan kamera harus disesuaikan dengan hasil yang ingin dicapai. Seperti contohnya kamera yang Pak Denny pakai di Femina, itu merupakan kamera tercanggih untuk saat ini yang harganya hampir setara dengan mobil SUV, atau mungkin seharga rumah tipe 45 di BSD (bukan mantan sales properti, LOL), karena hasilnya cocok untuk masuk ke bagian printing yang akan ditayangkan di media semacam billboard yang ukurannya besar-besar. Buat para bloggers yang hasil fotonya hanya dinikmati dari layar minimal 3 inch dan maksimal 7 inch, menurut beliau kamera apapun bisa digunakan, termasuk kamera HP! Begitu tahu ini, Pak Suami agak kesenengan tampaknya, seakan mencari teman pendukung untuk bisa memendam hasrat istrinya buat beli kamera baru. Apalagi yang ngomong kan uda expert. Ye kan? Ye kan? *brb *cubitpakdenny
Banyak hal yang Fia pelajari dari workshop ini. Terutama tentang bagaimana memanfaatkan cahaya matahari dan benda di sekeliling sebagai properti ataupun alat penyempurna hasil foto. Hal yang paling mengagumkan buat Fia adalah bagaimana sebuah reflektor bisa membuat nuansa foto jadi berbeda. Seperti jika menggunakan reflektor berwarna putih, maka jika cahaya dari kanan objek, cahaya yang memantul di sebelah kiri objek akan sama kuatnya. Lalu, apabila menggunakan reflektor berwarna perak, jika cahaya datang dari kiri, maka cahaya yang memantul di sebelah kanan objek akan sedikit redup. Namun jika menggunakan reflektor berwarna hitam, maka cahaya akan terserap seluruhnya sehingga tak ada cahaya yang memantul di area reflektor hitam tersebut dipasang, hasilnya kalau menurut Fia bikin jadi lebih maskulin dan misterius gitu. Dan memang sih, kalau dari pendapat pak Denny, penggunaan cahaya yang terang dan full itu lebih identik ke perempuan karena lebih feminin, sementara penggunaan cahaya yang lebih memanfaatkan bayangan akan lebih terkesan maskulin dan cocok untuk laki-laki. Nah, untuk membuat reflektor ini ternyata ga susah. Untuk reflektor warna hitam dan putih, cukup saja gunakan kertas berwarna tersebut. Sedangkan untuk reflektor berwarna perak, bisa gunakan aluminium foil yang bebas dijual umum.
[caption id="" align="aligncenter" width="2047"] Photo Background - gift wrap[/caption]
Kemudian, latar belakang foto juga dipelajari di sini. Memilih latar belakang foto ga perlu ribet dan mahal. Solusi mudah dan murahnya cukup saja beli kertas kado. Sudah gitu kan kertas kado motifnya lucu-lucu kan? Ya sekalian juga sih buat stok di rumah kalau ada anak tetangga ultah, jadi kan ga perlu mendadak ke warung buat beli kertas kado. Hehehe. Selain kertas kado, basically apapun bisa dibuat sebagai latar belakang ataupun properti foto. Tapi, tidak hanya itu. Kita juga musti tahu komposisinya. Jadi gini, menurut Pak Denny, kebanyakan orang motret itu boros. Dalam artian, maunya seluruh objek ada dalam satu gambar. Padahal sebetulnya pilih saja yang ingin lebih difokuskan yang mana. Sebagai contoh jika ingin memotret sebuah produk yang disandingkan dengan properti setangkai bunga. Jika kedua objek ini berada dalam satu gambar, maka orang yang melihatnya pun akan bingung: jadi sebenarnya foto ini tentang produk atau tentang bunga? Begitu loh.
Tapi ada hal lain juga. Menurut survey, kata pak Denny, foto dengan objek yang ditampilan secara dekat dengan hanya menampilkan sebagian dari tubuh objek itu bisa mempengaruhi ketertarikan sehingga bisa meningkatkan daya beli. Sebagai contoh, pak Denny memotret setangkai bunga. Jika ditampilkan 100%, maka ga ada orang yang tertarik beli. Ketika memotret bunga hanya 75%, penjualan bunga tersebut meningkat hingga 20%. Lalu, ketika bunga tersebut hanya dipotret 50%nya saja, maka penjualan bunganya meningkat hingga 30%. Tapiiiii, justru ketika bunga tersebut hanya dipotret sekitar 30%nya saja, itu penjualan bunga bisa meningkat hingga mencapai 40% loh.
Lalu yang paling crucial nih guys, itu adalah cahaya. Dalam fotografi, cahaya itu adalah primadona. Banyak jadwal-jadwal pemotretan pre-wedding di outdoor yang harus batal karena lagi sering hujan misalnya, karena cahaya ga support. Kamu juga pernah gitu? Pernah gagal pre-wedding? Tapi tetep jadi wedding kan? #ngelantur #eeaaa
Cahaya itu tergantung sebagaimana kita ingin "menjual" foto kita. Jadi sebetulnya cahaya itu ga pernah salah. Sama juga halnya dengan perempuan. Perempuan itu ga pernah salah. Laki-laki yang selalu salah. Jadi dalam hal ini fotografer lah yang selalu salah. Kamu fotografer, kamu juga laki-laki, dan punya pasangan namanya Cahaya? Kelar idup lo! Seumur idup salah melulu. #lhakok Apalagi kalau kamu perempuan dan bernama Cahaya, yakin kamu pasti jadi ratu seumur idup. Disembah! Wakakakakak. #ngelanturlagi
Menurut pak Denny, cahaya yang paling tidak bagus adalah cahaya yang berasal dari depan. Hal ini bisa membuat objek tidak terlihat sophisticated karena cahaya terlalu harsh. Kemudian cahaya yang paling OK adalah cahaya dari samping. Karena asal cahaya yang dari samping ini cukup kuat untuk membuat objek terlihat jelas, namun tidak menyolok alias masih enak dipandang mata. Sebetulnya, para fotografer itu senang loh foto pake cahaya matahari karena sudah pasti posisinya ada di samping dan menyebar. Selain itu, hasil foto pun akan lebih berdimensi. Jadi kalau ada fotografer yang bilang motret pake cahaya matahari itu ga bagus, jangan percaya. Dia pasti bohong, soalnya ga mau kesaing. #salahinfotografernya #fotograferselalusalah
Baiklah, sekian dulu ulasan Fia tentang event yang IFB adakan bekerja sama dengan Covermark dan Pak Denny Herliyanso. Di bawah ini adalah hasil uji coba foto yang diambil Fia ketika acara berlangsung. Masih belum bagus sih memang. Yah namanya juga masih belajar, ye kan? Apalagi fotonya hanya diambil menggunakan kamera HP. Tapi percaya deh, segala sesuatu kalau dicoba terus pasti akan bisa dan terbiasa. Yang jelas jangan berhenti untuk menjadi kreatif! EH, yang fotografer jangan ngambek ya, ini hanya gurauan semata. Yang merasa namanya mbak Cahaya juga jangan ke-GR-an nanti hidungnya bisa membesar. Hehehe.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah memberi kesempatan kepada Fia untuk hadir dalam acara ini. Oia, kamu perempuan dan bernama selain Cahaya? Boleh banget gabung ke komunitas Indonesian Female Bloggers loh. Yang namanya Cahaya juga ga papa kok gabung. Cahaya mah baek, kan selalu bener.
INDONESIAN FEMALE BLOGGERS
facebook | instagram
Wahh ilmunya bermanfaat banget mbak fia. Cahaya nih paling tricky emang. kalopun pake cahaya matahari pas lagi mendung juga niat motret produk jadi buyar.
BalasHapusFoto uji cobanya kece berat mbak! <3
pingin bedaknya :)
BalasHapuswah seru banget ilmunya, sayang banget saya gak tau event beginian nih. perlu banyak2 ikutan workshop photography.
BalasHapusKedua infonya, baik covermark dan ilmu photographynya kece semua :)
BalasHapusCovermark nggak ngadain di Jogja nih? Penasaran hihi pengen ikutan
BalasHapus